Cari Info Cirebon

Kota Cirebon memliki terminal besar Harjamukti, letaknya di jalan By Pass Kota Cirebon. Terminal ini melayani tujuan ke atau dari kota Cirebon.
musim hujan2 gini tidak membuat warga cerbon stop mengunjungi mall, kunjungan ke mall tetep berjalan, makanya kesempatan tsb dijadikan ladang rejeki untuk anak2 kecil di sekitar mall untyk menjadi ojeg payung yang mematok tarif mulai 1000rupiah sampe ada yang rela/ikhlas memberikan Rp. 10.000 karena kasihan.


Di Kota Cirebon ada 3 tempat ibadah bagi umat Budha dan Konghucu.Ketiga tempat tersebut dapat bila kita kunjungi merupakan bangunan kuno yang bergaya arsitektur klasikTiongkok

Ketiga Bangunan Vihara tersebut yaitu :

a. Vihara Dewi Welas Asih (16580 disebut juga Klenteng Tay Kak Sie, letaknya 50m dari Pintu Pelabuhan Muara Jati I

b. Klenteng Talang (1577) disebut juga Klenteng Kongcu Bio (untuk umat Konghucu ) letaknya 200 M dari dari Vihara Dewi Welas Asih ke Arah Barat Daya berada di Jl Talang.

c. Kuil Pemancar Keselamatan (2351 Imlek) disebut jug Klenteng Bun San Tion, letaknya + 150 dari Klenteng Talang kearah Barat daya dan terletak di Jl Kanoman.

Saat ini Kota Cirebon memiliki bandara Cakrabuana. Dahulu melayani tujuan dari dan ke kota Jakarta. Namun saat ini Bandara Cakrabuana hanya dijadikan sebagai bandara pengumpan/tempat latihan militer.



Bandara Udara Cakrabuana
Akademi Pelayaran Indonesia
AKMI Cirebon
Bangunan Kolonial Belanda di Cirebon



Kota Cirebon kaya akan Bangunan-bangunan Cagar Budaya dari Abad XIX hingga Abad XX. Bila kita melewati Jalan-jalan Utama Kota Cirebon kita dapat mengenang kilas balik Cirebon Tempo Doeloe, serta bisa jug untuk penelitian-penelitian ilmiah terkait. Beberapa Bangunan masa Kolonial tersebut adalah

  1. Gedung Balaikota di Jl. Siliwangi atau + 300 m dari stasiun Kejaksaan. Gedung ini didirikan pada tahun 1927 dengan arsitekturnya bernama Ir. Jikoot dan relief udang yang melekat pada eksterior depan atas di buat oleh Maas.
  2. Stasiun Kereta Api Kejaksaan didirikan pada tahun1912-1914 dengan arsiteknya bernama Ir. Moojen.
  3. Bank Indonesia, Dahulu bernama Javasche Bank, didirikan pada tahun 1912 dengan arsitek Cuyppers dan Hulswit.
  4. Pabrik Rokok British American Tobacco (BAT), didirikan pada tahun 1924 dengan asitek Cuypers.
  5. Gedung Mapolresta didirikan pada tahun 1918, dahulu merupakan rumah sakit Khusus untuk orang-orang pribumi (inlandshe hospital)
  6. Gereja St. Yusuf di Jl. Yos Sudarso, didirikan pada tahun 1878 oleh Louis Theodoor Gonsalves, pemilik pabrik gula di pulau jawa dengan arsiteknya bernama Gaunt Slotez.

Dahulu taman ini bernama Taman Traffic Garden Cirebon, namun sejak tahun 1966 berubah menjadi Taman Ade Irma Suryani Nasution. Taman ini merupakan satu-satunya wahana rekreasi dan taman bermain di Kota cirebon. Letaknya di pantai teluk Cirebon. Sehingga hal tersebut dapat menambah daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Untuk menghibur pengunjungnya setiap hari Libur diselenggarakan pementasan Seni hiburan






Keraton Kanoman adalah Kesultanan Cirebon, setelah berdiri Keraton Kanoman pada tahun 1678 M Kesultanan Cirebon terdiri dari Keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman yang merupakan pemimpin dan wakilnya. Kebesaran Islam di Jawa Barat tidak lepas dari Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sehingga berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I pada sekitar tahun 1678 M. Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal,seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara. Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati, yang juga dikenal dengan Syarif Hidayatullah.

Di keraton ini masih terdapat barang barang, seperti dua kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana yang masih terawat baik dan tersimpan di museum. Bentuknya burak, yakni hewan yang dikendarai Nabi Muhammad ketika ia Isra Mi'raj. Tidak jauh dari kereta, terdapat bangsal Jinem, atau Pendopo untuk Menerima tamu, penobatan sultan dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Dan di bagian tengah Kraton terdapat kompleks bangunan bangunan bernama Siti Hinggil.
Keraton Kacirbonan

Kraton Kacerbonan merupakan pemekaran dari Keraton Kanoman setelah Sultan Anom IV yakni PR Muhammad Khaerudin wafat, Putra Mahkota yang seharusnya menggantikan tahta diasingkan oleh Belanda ke Ambon karena dianggap sebagai pembangkang dan membrontak. Ketika kembali dari pengasingan tahta sudah diduduki oleh PR. Abu sholeh Imamuddin. Atas dasar kesepakatan keluarga, akhirnya PR Anom Madenda membangun Istana Kacerbonan, kemudian muncullah Sultan Carbon I sebagai Sultan Kacirebonan pertama.

Kedudukan Cirebon yang berada pada bayang-bayang pengaruh Mataram. ketika Amangkurat I berkuasa dari tahun 1646 hingga 1677. Masa pemerin tahan yang ditandai dengan banyaknya pergolakan agaknya menjadi faktor penting mengapa Cirebon semakin menjadi lemah. Pada zaman Amangkurat I, penguasa Cirebon Panembahan Ratu II, cucu Panembahan Ratu, atas permintaan Mataram berpindah ke Girilaya. Kepergiannya dari Keraton Cirebon ke daerah dekat ibukota Mataram ini disertai oleh kedua puteranya, yakni Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kertawijaya. Sebagai penggan ti kedudukannya selaku Sultan Cirebon, ditunjuk puteranya yang paling bungsu, yaitu Pangeran Wangsakarta.

Panembahan Ratu wafat pada tahun 1662 Masehi. Sebelum meninggal beliau membagi kerajaannya menjadi dua yang diwariskan kepada kedua puteranya itu. Pangeran Martawijaya diangkat sebagai Panembahan Sepuh yang berkuasa atas Kasepuhan. Sedangkan Kertawijaya ditunjuk sebagai Panembahan Anom yang berkuasa atas Kanoman.

Sementara itu, Raja Amangkurat I yang kurang bijaksana menimbulkan kebencian di kalangan istana dan penguasa-penguasa daerah yang lain. Dengan didukung oleh seorang pangeran dari Madura bernama Tarunajaya, sang putera mahkota mengadakan pemberontakan. Sayangnya, usaha mereka menentang Amangkurat I tidak berhasil karena perpecahan antara keduanya.

Raja Amangkurat I kemudian meninggal di Tegalwangi setelah melarikan diri dari ibukota Mataram. Dalam pertempuran tersebut, kedua pangeran dari Cirebon itu memihak pada pihak pemberontak. Kira-kira tahun 1678 Masehi, kedua bangsawan pewaris tahta Cirebon kembali ke tanah kelahirannya. Dengan demikian kini di Cirebon berkuasa tiga sultan, masing-masing Sultan Sepuh, Sultan Anom dan Sultan Cerbon.